Stres selama kehamilan berkaitan dengan risiko epilepsi pada anak

Stres selama kehamilan bisa berdampak buruk bagi kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa tingkat stres yang tinggi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko anak mengalami epilepsi di kemudian hari.

Epilepsi merupakan gangguan pada sistem saraf pusat yang ditandai dengan serangan atau kejang yang terjadi tiba-tiba. Penyebab pasti epilepsi sendiri belum diketahui secara pasti, namun faktor genetik dan lingkungan dipercaya berperan dalam perkembangannya.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Barcelona, Spanyol menemukan bahwa anak yang dilahirkan dari ibu yang mengalami stres selama kehamilan memiliki risiko hampir dua kali lipat untuk mengalami epilepsi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak mengalami stres.

Stres selama kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan otak janin dan sistem sarafnya. Hormon stres seperti kortisol yang dilepaskan oleh tubuh ibu dapat menembus plasenta dan memengaruhi perkembangan otak janin. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan meningkatkan risiko terjadinya gangguan neurologis seperti epilepsi.

Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan mentalnya selama kehamilan. Berbagai teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau terapi psikologis dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan selama kehamilan. Selain itu, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan juga sangat penting untuk membantu ibu hamil mengatasi stres yang dialaminya.

Sebagai calon ibu, kita harus memahami pentingnya menjaga kesehatan mental selama kehamilan untuk mencegah berbagai risiko kesehatan yang dapat memengaruhi perkembangan anak di kemudian hari. Dengan menjaga keseimbangan emosi dan pikiran selama kehamilan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kesehatan dan masa depan anak yang kita kandung.